CAUTION! Hati- hati BAPER!
THE
GOLDEN SUNSET
Rani datang kesekolah
seperti biasanya, dengan langkah gontai ia memasuki gerbang sekolah yang dihiasi
cat hijau dan hitam. Hampir tiga tahun ia
menuntut ilmu di sekolah ini. Ia sangat menyukai sekolahnya, tapi tidak
dengan para makhluk yang berada di kelasnya. Itulah kenapa ia sangat tidak
bersemangat akhir-akhir ini.
Depakan sepatu menjadi melodi yang memecah
kesunyian pagi itu. Suasana sekolah masih sepi. Hanya beberapa siswa yang baru
datang padahal jam sudah menunjukkan jam tujuh kurang lima menit. Rani memasuki
kelas dan mendapati Tirta sedang asyik memainkan ponselnya hingga tak sadar ada
yang memasuki kelas.
“Pasti main Mobile Legend
lagi”
“hmmmm”
“Padahal dua bulan lagi
mau ujian tapi bukannya giat belajar malah main ML terus, kamu pikir ML itu
bisa membantumu masuk Universitas apa?”
“Ahhhh. berisik lu! Kalau
mau belajar, belajar aja sendiri. Ganggu orang main aja. Eeh eh eh, yahhhh, mati
kan, Lu sih gangu aja.” Tirta terlihat sangat kesal ketika Jagoannya mati di
medan pertempuran. Tirta masih sibuk mantengin HP nya. Rani pun memilih pergi
ke tempat duduknya dan membaca buku.
Satu persatu para siswa
sudah datang. Rani masih sibuk membaca bukunya mengingat hari itu ada ulangan
Fisika. Yolan, Karin dan Bima,tiga sahabat Tirta kedip-kedip seperti orang sakit mata ke
arahnya. Rani tau betul itu pasti isyarat mereka ingin contekan darinya saat
ulangan nanti. Mereka memang seperti itu. Saat membutuhkan Rani mereka akan
bertingkah baik dan tersenyum padanya,tapi saat tidak mereka akan bersikap
seolah Rani tak pernah ada di di kehidupan mereka. Bahkan kerap kali mereka
melakukan Bullying pada gadis itu. Rani
selalu menuruti permintaan mereka, tapi hari ini tidak lagi. Ia akan membuat
mereka menyesal.
Saat ujian semuanya
tampak fokus, Tapi tidak dengan Tirta dan teman-temannya. Mereka sibuk melirik
kekiri dan kekanan mencari-cari contekan.“Ssssttttt!” Tirta memberi isyarat.
Tapi Rani pura-pura tidak mendengar dan tetap fokus dengan deretan soal-soal di
depan matanya. Bukan hanya Tirta,tiga sahabatnya juga berkali –kali memberi
isyarat, tapi tak di hiraukan olehnya. Pak Johan, guru fisika yang terkenal killer itu memperhatikan Tirta dan tiga
sekawan. Ia pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekati mereka. Mereka
tidak sadar dan terus saja menoleh ke arah Rani menunggu jawaban sambil memberi peringatan
pukulan kepadanya jika ia tidak segera memberikan apa yang mereka minta.
“Ehem !” Suara dehem pak Johan membuat mereka melototkan
mata tanda ketakutan. Ekspresi sok jagoan mereka saat menatap Rani tadi hilang begitu melihat pak Johan telah
berdiri di hadapan mereka dengan mata tajam setajam tatapan singa yang hendak
menerkam mangsanya. Mereka menatap ke arah Rani dengan wajah memelas memohon
pertolongan tapi Rani hanya tersenyum kecil dan memelaskan wajahnya pertanda ia
tak bisa berbuat apa-apa. Di dalam
hatinya Rani sangat bahagia melihat mereka dipergoki pak Johan. Mereka pun
disuruh pak Johan berdiri di luar kelas sampai ulangan selesai.
“Eh, cewek sok pintar! gara-gara lu kami di
hukum sama Pak Johan, lu bukannya bantuin kita malah senyam-senyum, lu ngejekin
kita?” Karin sudah berkacak pinggang di depan Rani. Di sampingnya berdiri
Bimo,Yolan dan Tirta dengan tatapan tajam dan tangan di silang depan dada. Saat
ini sekolah telah sepi karena seluruh siswa sudah pulang dan hanya mereka yang
berada di sekolah itu. Rani berdiri
bersandarkan dinding kumal yang telah di coret-coret di gudang sekolah.Ia
menyesal menolak ajakan Sinta untuk pulang bersamanya karena dia harus belajar
mandiri dikelas saat semua siswa sudah pulang. Namun sialnya Tirta dan tiga
temannya datang dan menyeretnya ke gudang belakang sekolah.
“Aku tidak pernah begitu,
itu paling perasaan kalian aja”
“Gak usah munafik deh, Ini
karena lu gak ngasih jawaban ke kita,makanya kami jadi di hukum”
“Kalian di hukum gak ada
hubungannya dengan ku, itu karena kalian tidak belajar. Dah tau mau ulangan, bukannya
belajar malah main-main, ya rasakan sendiri akibatnya.”
“Wah..., songong juga lu
ya.Guys,mau kita apain ni cewek?” Karin melirik tiga temannya.Mereka pun
seperti bertelepati satu sama lain dengan isyarat anggukan kepala dan akhirnya
mereka terseyum licik, dan pastinya itu bukan pertanda baik bagi Rani.
Tiba-tiba mereka berlari
meninggalkan gadis malang itu dan keluar dari gudang. Dari luar mereka mengunci
pintu gudang lalu tertawa cekikikan dan pergi meninggalkannya sendiri di dalam
gudang. Rani berteriak meminta mereka
membukakan pintu itu tapi sia-sia. mereka sudah pergi. Ia mencoba meminta
tolong tapi tak ada satupun orang yang datang. Ia terduduk lemas di lantai
gudang yang kotor. Benda-benda rusak yang memenuhi ruangan itu menggunung
membuat kesan seram dan membuat bulu kuduknya berdiri. Cahaya matahari masuk
melalui fentilasi pintu kian meredup. Saat ia melirik arloji yang melingkar di
pergelangan tangannya, jam menunjukkan pukul 5 sore. Ia pun berusaha membuka
pintu itu, tapi kuncinya terlalu kuat dan mustahil untuk membukanya. Jika didobrak
tidak akan bisa karena pintu itu terbuat dari kayu jati kualitas tinggi. ”Apa
yang harus aku lakukan?” batinnya. Ia merenung dan tak bisa temukan jawaban
dari pertanyaannya. Sayup-sayup sinar keemasan matahari menyelimuti ruangan. Entah
kenapa petang itu sinarnya menjadi keemasan dan terlihat sangat indah.Rani
merasa itu sangat aneh.Semakin lama sinarnya semakin terang dan membuat mata
nya silau.Ia menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangan.
“Apa kau baik-baik saja?” sebuah suara yang
terdengar lembut mengagetkan nya, saat ia membuka mata, ia terbelalak melihat
seorang pria tengah membungkuk menatapnya. Saking kagetnya, Rani jadi terlonjak
hingga membuat kepala mereka saling berbenturan.
“Aduh !” ucap Rani sambil
mengusap kepalanya yang sakit. Pria itu pun juga demikian.
“Maaf ya, aku gak
sengaja” ucapnya sambil menundukkan kepala. Tapi pria itu hanya tersenyum
tipis. ”Kamu siapa?”
Pria itu diam sejenak dan
menatap Rani dalam, tentu saja hal itu membuat nya tidak nyaman. Rani pun
berdehem. Pria itu tersenyum hingga gigi rapatnya terlihat.
“Perkenalkan nama ku
Jimmy” ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya. Dengan ragu- ragu Rani
menyambut uluran tangannya itu.
“Namaku Rani”
“Kok kamu bisa terkurung
disini?”
“Mmmm, itu,,,Biasa, tingkah
anak sekolah, hehehehe”Jelas sekali itu tertawa yang di paksakan.
“Ayo keluar!” Dia menarik
tangan Rani hingga membuat gadis itu tersentak kaget dan membawanya keluar dari
tempat itu. Gadis itu tak mengerti kenapa wajahnya terasa begitu panas dan
jantungnya berdetak sangat kencang. Mungkin karena ini pertama kalinya tangannya
di pegang oleh seorang laki-laki.
Sesampainya di parkiran
sekolah di dekat sebuah mobil,pria itu melepaskan tangannya.
“Ayo ku antar.”
“Eh, tidak usah
repot-repot, aku bisa jalan kaki. rumah ku tidak jauh dari sini.”
“Tidak baik perempuan
pulang sendirian, apalagi ini sudah mau magrib”
Akhirnya Rani tak bisa
menolak lagi, Jimmy menyetir mobilnya dengan tenang dan Rani duduk
disampingnya. Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan pada pria
bernama Jimmy itu. tapi ia tak ingin mengganggu konsentrasinya mengemudi. Siapa
sebenarnya Jimmy dan sedang apa dia disekolah? Seingatnya tak ada siswa ataupun guru yang bernama Jimmy.
“Makasih ya
tumpangannya.”
“Sama-sama.”
“Gak mampir dulu?”
“Nggak usah,kapan-kapan
aja.Titip salam buat ibu ya, aku pulang dulu,dagh..” Jimmy melambaikan
tangannya lalu mobilnya melaju meninggalkan Rani.
“Pria yang
tampan,hihihihi. Eh, tunggu dulu,kok dia bisa tau rumahku ya? Aku kan belum
memberitahunya.” Rani menggarruk kepalanya yang tidak gatal.
Bel tanda masuk telah berbunyi.
Rani melirik Tirta dan teman-teman nya dengan tatapan tajam tapi mereka Cuma
cengengesan seolah tidak merasa berbuat salah. Minah yang duduk di depan Rani
memutar badannya menghadap meja gadis itu.
“Ran, dah tau belum kalau
kita ada guru matematika baru?”
Ia hanya menggeleng
kepala. Lalu terdengar suara depakan sepatu yang terdengar nyaring dari teras
depan kelas. Semua orang terdiam dan semua mata tertuju pada pada pintu kelas
yang terbuka lebar. Akan seperti apakah guru baru Matematika itu, Apa berkepala
botak dengan kumis tebal? atau berbadan kurus dengan kaca mata tebal? atau
ibu-ibu cerewet yang berbadan gemuk dan muka sangar?. Berbagai gambaran
imajinasi liar berputar-putar dia atas kepala mereka. Saat suara depakan sepatu
mendekati pintu, muncullah sosok yang tampan rupawan bak artis korea di pintu
itu, para gadis langsung terpesona dan para pria menunjukkan ekspresi lega. Tapi
tidak dengan Rani, ia mengganga tak percaya saat melihat pria yang tengah
berdiri di depan itu adalah JIMMY.
“Assalamu’alaikum
warohmatullahiwabarokatu,Pagi semuanya.?”ucapnya ramah yang sukses membuat hati
para gadis meleleh.
“Wa’alaikumsalam
warohmatullahi wabarokatu,Pagi pak..” Jawab mereka serempak.
“Perkenalkan nama saya
Jimmy Alexander, kalian bisa memanggil saya dengan sebutan pak Jim, Saya akan
mengajar matematika untuk kelas XII ipa 1 semester ini. Apa ada pertanyaan?”
“Pak Jim sudah menikah
belum?” karin mengacungkan tangannya.
“Belum,saya masih
lajang”Ucapnya sambil tersenyum.
“Udah punya pacar?”
“Belum”
“Boleh dong daftar jadi
pacar bapak”ucapan karin langsung mendapat sorakan dari teman-teman yang lain. Tapi
Jimmy hanya tersenyum,senyum yang sangat manis.
“Usia bapak berapa?”Minah
memecah keributan itu.
“23 tahun”
Para
siswi langsung riuh
“Wah,bapak masih sangat
muda.”
Jimmy terus menjawab pertanyaan dari para siswa dengan ramah.Rani hanya
menatapnya tanpa bersuara.Sesekali tatapan mereka saling beradu dan Jimmy
tersenyum. Rani bingung. Entah pria itu tersenyum padanya atau senyum
menanggapi pertanyaan aneh dari para siswa,terutama dari para siswi yang kecentilan sama guru baru tersebut.
Suasana kelas sudah mulai
normal kembali. Jimmy sedang menerangkan tentang konsep persamaan bilangan
kuadrat di depan kelas. Hari ini para siswa tampak serius, tidak seperti
biasanya. Biasanya kalau sudah masuk pelajaran matematika mereka pasti tak
pernah memperhatikan bahkan ada yang tidur didalam kelas. Cara mengajar Jimmy
yang berbeda mampu menghipnotis para
siswa.
“Baiklah, cukup untuk hari ini, sampai
jumpa minggu depan.”
Para siswa berhamburan
keluar kelas. Sudah pasti tujuan utama mereka ialah kantin. Mengisi perut
mereka yang sudah keroncongan dan cacing-cacing didalam perut mereka sudah
berteriak minta di kasih makan. Jimmy masih sibuk membereskan buku-buku yang
ada di atas meja nya. Saat akan keluar kelas,Rani jadi canggung. Ia berfikir, Haruskah
ia menyapa Jimmy atau diam pura-pura tak peduli saja. Rani pun melangahkah kan
kakinya keluar kelas dengan wajah tertunduk.
“Rani !”
Degh,gadis itu
menghentikan langkahnya.Ia pun menoleh dengan wajah pucat pasi.”I iii iya pak”
“Bisa tolong bantu saya
membawa buku-buku ini”Jimmy langsung meletakkan tumpukan buku di atas tangannya
tanpa menunggu persetujuan gadis itu. Rani hanya melongo dengan ekspresi
membatu.
Jimmy melangkah pelan
melewati para siswa yang tengah asyik nongkrong di depan kelas.Para siswi
senyam-senyum gak jelas dan seketika senyum mereka hilang saat melihat Rani
berjalan beriringan dengan Jimmy. Tentu hal ini membuat gadis itu tidak
nyaman.Ia mencoba menyembunyikan wajahnya di balik tumpukan buku.
“Kamu kenapa?”
“Hah?gak papa
pak,hehehhe”
“Kalau gak papa kok
wajahmu merah begitu?”
Rani tersentak
kaget”Ah,hahaha ummm,m m mungkin karena cuaca hari ini sangat panas.”
Jimmy melirik langit yang
di penuhi awan hitam pertanda hari akan hujan.
“Duhhh,gawat,”Batinnya. Tapi
Jimmy hanya tersenyum dan tidak mempermasalahkan kebohongan nya itu.
“Mmmmm,tentang yang
kemarin itu terimakasih ya pak. Kalau tidak ada bapak entah bagaimana nasib
saya. Saya minta maaf kalau kemarin saya kurang sopan berbicara sama bapak, Saya
benar-benar tidak tau kalau bapak guru baru di sekolah ini.”
“Tidak usah terlalu, itu
bukan masalah. Aku juga kemarin tidak mengatakan apa-apa padamu jadi ini bukan
salahmu.”
“Dia guru yang
aneh,kenapa dia bicara menggunakan istilah aku kamu padaku,aku kan muridnya.”ucap
Rani dalam hati.
Hari berlalu dengan
cepat. Rani dan Jimmy pun semakin akrab. Seminggu lagi akan berlangsung Ujian
Nasional tingkat SMA/MA. Rani belajar keras untuk itu. Jimmy dengan senang hati
membantu mengajarinya di rumah. Tentu saja hal itu membuat Rani sangat senang.
”Entah apa yang akan
dikatakan teman-temanku saat tau aku dan pak Jim sedekat ini.Pasti mereka semua
iri.hihihihi”
“Kamu bilang apa?”
“Hah?bb b bukan apa-apa”
“Ini nak Jimmy,silahkan
di makan kuenya”
“Aduh ibu,apa-apaan
sih,dari tadi ibu bolak-balik bawa ini itu.tadi bawa teh,lalu bawa buah,lah
sekarng bawa kue pula,nanti bawa apa lagi?”
“Ya gak papa kan,lagian
ibu gak ganggu,ya kan nak Jimmy.”
Jimmy menganguk dengan senyuman di wajahnya sambil mengunyah kue yang
dibawakan ibu Sri.
“Aduh bisa gak sih dia
jangan senyum mulu. Hatiku tak tahan melihat senyumannya itu. Pantas saja ibuku
jadi takluk olehnya”Rani menggerutu di dalam hati.
Biasanya ibu Rani tak
pernah mengizinkan laki-laki datang kerumah.Tapi saat Jimmy datang kerumahnya
yang Rani sendiri kaget setengah mati saat liat dia nangkring depan pintu dengan
senyuman bak malaikat, ibunya langsung berubah 180 derajat.
“Tapi ibu jangan manggil
pak guru Rani dengan sebutan nak Jimmy gitu dong,dia kan guru Rani”
“Tidak apa-apa Ran,aku
lebih suka ibumu manggil aku begitu,”
“Tuh,kan,nak Jimmy aja
gak keberatan.Yaudah kalian lanjutkan aja belajarnya,ibu mau kebelakang dulu.”
“Ibu mu sangat baik dan
manis ya”
“Ya itu kalau sama bapak
aja,sama yang lain mah ibuku bisa seperti macan keluar dari kandang”
“Ah,masa sih?”
“Iya,dulu waktu aku kelas
sebelas,ada laki-laki yang ingin ngajak aku pergi kencan,saat dia datang
kerumah ibu ku langsung ngamuk dan ngusir dia dengan melempar sendalnya.sejak
itu tak pernah ada laki-laki yang berani deketin aku.”
“Hahahha,kasihan sekali
laki-laki itu.”
“Hahahha,aku juga
berfikir begitu”
“Kalau aku yang ngajak
kamu kencan,apa ibumu juga akan melemparku dengan sandal?”
Degh,ucapan Jimmy membuat
Rani terpaku dan jantungnya berdegup kencang”.Apa maksudnya,apa dia serius?” Ia
merasakan begitu panas di wajah sekarang. segera ia alihkan sebelum ia tak bisa
lagi menahan perasaannya.
“Oh ya aku kurang
mengerti materi yang ini,bisa bapak jelaskan?”
Jimmy masih menatapnya
dengan tatapan serius seolah apa yang dikatakannya tadi benar-benar serius.Lalu
dia tersenyum dan mulai menjelaskan pelajaran nya.
Malam itu Rani tidak bisa
tidur memikirkan perkataan Jimmy tadi.
”Kenapa dia tampak
serius. Tak seharusnya dia berkata seperti itu pada muridnya dan apa yang
terjadi pada ku? Akhir-akhir ini aku sering tak bisa mengontrol perasaanku.Ya
Allah....apa yang terjadi padaku?”ia pun berguling-guling diatas kasur sambil
mengacak-acak rambutnya.
Hari berlalu dengan cepat,tiba
lah saat nya hari pertama Ujian Nasional. Rani sangat gugup sampai tanganya
bergemetar. Ia coba tenangkan diri tapi
tak bisa. Ia pun jadi ragu apa ia bisa menyelesaikan soal ujian dengan
kondisi seperti itu atau tidak.
Tiba-tiba Jimmy nongol di
jendela ruangan ujian. Dia tersenyum memberikan Rani semangat dengan
mengepalkan tangannyan ke atas. Ajaibnya Rani langsung tenang dan tak gugup
lagi. Ia merasa sangat senang Jimmy menyemangatinya. Namun tanpa ia sadari
mata-mata tajam siswi yang lain mengarah padanya.
Ujian Nasional hari
pertama berjalan lancar. Begitupun dengan hari-hari berikutnya. Rani merasa
sangat beruntung bertemu dengan Jimmy. Dia mengajarinya dan memberikan semangat
saat ujian. Tapi tak disangka kedekatannya dengan Jimmy memunculkan kedengkian
di antara teman-temannya. Terutama Karin dan teman-temannya.
“Eh,Rani !lo pake pelet
apa sampe Pak Jim bisa lo deketin?”
“Iya nih,kami sering liat
lo nempel mulu sama pak Jim.”
“Apa an sih,pelet apa
maksud kalian”
“Lo ga usah belagak polos
deh,kami dah tau semuanya.dasar lu cewek keganjengan.Pasti lu dah rayu-rayu pak
Jim kan? dasar cewek murahan.”
“Astagfirullah, aku gak
pernah seperti itu. Kedekatanku sama pak Jim itu gak lebih dari kedekatan
seorang siswa dengan gurunya. Sepertinya kalian sudah salah paham. Ini tidak
seperti yang kalian kira.”
“Alah,paling itu cuma
alasan lu doang. Pak Jim kan tampan,siapa sih yang gak ada rasa sama dia. Apalagi
cewek keganjengan kayak lo,pasti bakalan halalin segala cara buat deketin pak
Jim. Muka lo yang polos itu gak bisa nyembunyiin kebusukan hati lo.”
Air mata mengucur deras
di pipi Rani. Ia tak menyangka akan jadi seperti ini.
“Air mata buaya,lo
seharusnya nyadar diri,lo gak pantas deket-deket sama pak Jim.Dasar cewek
jelek,munafik!”
Kata-kata mereka laksana
petir bagi Rani.Setelah para gadis itu puas menghina nya,mereka meninggalkannya
dilorong koridor gelap itu.Rani terduduk sambil memeluk kedua lututnya dan
terisak.
Jimmy tengah merapikan
meja kerjanya sebelum beranjak pulang.Pak Johan datang menghampirinya.
“Nak Jimmy,dah mau
pulang?”
“Iya pak Johan,ada apa
pak?”
“Ada yang ingin saya
sampaikan.Begini,saya mengerti apa tujuanmu datang ke sekolah ini.Tapi saya
sarankan kamu mengerti statusnya. Jangan sampai kamu malah membuatnya dalam
masalah.”Pak Johan menepuk pelan pundak Jimmy dan berbalik.
Jimmy terpaku menatap
punggung pak Johan yang melangkah keluar pintu ruang guru.Sejenak dia termenung
dan kembali membereskan mejanya.
Jimmy berdiri sambil
menyandarkan punggungnya di mobil kijang inova miliknya. Beberapa kali ia
melirik arlojinya dan melayangkan pandangannya ke arah jalan masuk sekolah.Ia
mulai berfirasat buruk.Ia pun berlari menuju kelas Rani. Namun dikelas tidak
ada siapapun. Wajahnya mulai tegang dan
penuh dengan kekhawatiran. Gadis itu tidak mungkin pulang karena sedari tadi
Jimmy menunggunya di parkiran.
Jimmy berlari kesana
kemari mencari sosok gadis berambut ikal itu. Keringat sudah membasahi rambut
dan baju kemejanya. Matahari semakin condong ke barat. Jimmy pun berhenti dan
pandangan nya tertuju pada koridor di dekat gudang tempat ia dan Rani pertama kali bertemu. Disana ia melihat
seorang gadis tengah duduk terisak dengan kepala terbenam diantara dua lututnya.Jimmy
mendekati nya dengan nafas yang masih tidak beraturan.
“Ran..”Ucapnya pelan. Namun
gadis itu masih terus terisak. Jimmy pun menarik lengan nya pelan. Tapi Rani
menepis tangannya dan beringsut menjauh.Jimmy tertegun.
“Menjauh dariku,hiks
hiks,sedang apa bapak disini,kenapa bapak masih disini?” Rani setengah
berteriak.
“Aku menunggumu,aku
mencari-carimu kemana-mana karena aku tak menemukanmu di kelas. Apa yang
terjadi? Apa kau terluka?” Jimmy mendekat tapi Rani terus menjauh.
“Untuk apa bapak
menungguku,untuk apa mencariku? Berhentilah peduli padaku, kenapa bapak selalu
memperhatikanku,kenapa bapak memperlakukanku seperti ini? Apa bapak lupa kalau
aku ini siswa bapak? Sikap bapak ini membuatku gila,aku sering tak bisa
mengontrol perasaanku. Aku sering lupa kalau bapak adalah guruku,dan aku
memiliki batas-batas dalam bersikap. Aku tak seharusnya seperti ini.”
“Apa maksudmu?”Jimmy
mengernyitkan dahinya tak mengerti.
“Aku seharusnya tak
memiliki perasaan ini.Mereka benar,aku seharusnya sadar aku ini siapa.Maaf kan
aku,maafkan aku..hiks hiks.”
“Rani,tenangkan
dirimu,aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan.Siapa yang
kau maksud?”
“Mereka,mereka semua
benar,aku munafik,aku telah menjadi wanita hina,aku telah melampau batasan
ku,di luar aku bersikap biasa tapi sebenarnya aku ingin lebih.hiks hiks,ini tak
seharusnya,tak seharusnya aku menyukaimu....”
Rani pun berlari
meninggalkan Jimmy yang mematung mendengarkan ucapan yang terlontar dari mulut
gadis itu.
Rani terus berlari dengan
air mata berlinangan melewati semak-semak dan pepohonan pinus yang menjulang ke
angkasa. Dia terus berlari ke arah hutan belakang sekolah. Ia pun akhirnya
berhenti karena sudah sangat lelah berlari. Keringat mengucur deras membasahi
seragamnya. Rani mencoba mengatur nafas dan duduk di sebatang pohon yang telah
tumbang.Begitu tenang ia mengedarkan pandangannya kesekeliling tempat
itu.”Dimana ini?”Ia pun mulai sadar telah masuk terlalu jauh kedalam hutan. Ia
pun segera berlari memutar arah mencari jalan keluar. Tapi mentari sudah
bersembunyi di balik cakrawala, suara-suara kehidupan malam mulai terdengar
begitu memekakkan telinga,langit mulai gelap dan bulan mulai memancarkan
sinarnya. Rani masih mondar-mandir mencari jalan keluar tapi suasana yang gelap
membuatnya tidak bisa melihat apapun.Rani kembali menangis dan kali ini
tangisannya lebih keras dari sebelumnya.
Jimmy sudah berada di
depan rumah Rani. Dengan ragu-ragu ia mengetuk pintu itu tapi sebelum ia
mengetuk ibu Rani sudah lebih dahulu membuka pintu dengan wajah cemas.
“Lho,nak Jimmy sendiri
aja? Mana Rani?”
“Bukannya Rani sudah pulang
sore tadi bu?”
“Dia belum pulang,ibu
sudah menunggunya dari tadi,Ibu kira dia pergi sama nak Jimmy.Kalau begitu,dimana
dia sekarang?Ya allah....putriku,dimana kamu nak...”
Jimmy langsung berlari
menuju mobilnya.kemudian dia berbalik”Saya akan mencari Rani,ibu tenang
saja.Saya akan membawa Rani pulang.”Ibu Rani mengangguk pelan dengan air mata
bercucuran.
Jimmy pergi menuju
sekolah,dia pun bertanya pada orang-orang yang tinggal disekitar situ. Salah
seorang wanita memberitahukan bahwa ada seorang siswi yang berlari ke arah
hutan sore tadi. Jimmy pun tanpa berfikir panjang tancap gas menuju hutan itu. Ia
pun menelepon ayahnya untuk segera membawa tim bantuan ke hutan belakang
sekolah untuk mencari Rani. Jimmy mengemudikan mobilnya dengan was-was
memikirkan Rani. Jalan di dalam hutan sangat kecil hingga mobilnya tidak bisa
masuk terlalu jauh.Jimmy pun turun dan mengambil senter di bagasi mobinya. Ia
pun berlari menyusuri jalan setapak yang ia yakin adalah jalan yang dilalui
oleh Rani sambil berteriak memanggil namanya.
“Ya Allah,bantulah
hamba..”Rani meringkuk di atas pohon yang tidak terlalu tinggi.Ia memanjat
pohon itu karena takut nanti ia kan bertemu hewan buas. Ia menangis
terisak-isak. Air matanya sudah mulai mengering karena menangis berjam-jam.
“Ini semua salahku,aku
benar-benar bodoh.Pak Jim pasti sangat marah padaku.hiks hiks,aku mengatakan
hal yang buruk padanya,dan sekarang aku harus menerima akibatnya. Maafkan aku
pak Jim,maafkan aku.Aku tak bisa mengendalikan diriku.Aku mencintaimu pak
Jim,aku mencintaimu...”
“RANI.......RANI....!”Terdengar
suara Jimmy memanggil nama nya dari kejauhan.
“Pak Jim,apa benar itu
pak Jim? Pak Jim.....!”Rani berteriak sambil menoleh kebawah mencari sosok
Jimmy.Ia pun melihat seorang pria dengan senter di tangannya tengah berlari
dengan wajah khawatir dan berhenti tepat di bawah pohon tempat Rani berada.
“Rani..! kau dimana...?”
“Pak Jim...di atas
sini...!”
Jimmy menengadah dan
mendapati Rani sedang memeluk batang pohon. Ia pun tersenyum lega.Kekhawatiran
di wajahnya mulai hilang.
“Apa yang kau lakukan di
atas sana? Ayo turun!”
Rani pun turun perlahan
dari pohon itu.Dengan hati-hati ia memijakkan kakinya pada dahan.Namun ia salah
memijak dahan hingga ia pun tergelincir.
“Hati-hati...”Jimmy
melotot kaget.
“Aaaaaaaaa”
Rani terjatuh tepat di
atas lengan kekar Jimmy.Ternyata Jimmy sudah sigap menangkapnya. Rani dan Jimmy
saling bertatapan lama dengan tatapan
yang sangat dalam. Jimmy menurunkan perlahan tubuh Rani dengan mata masih
menatap matanya. Rani kembali mengucurkan air matanya.Jimmy langsung menarik
nya kedalam pelukannya membiarkan gadis itu menangis sepuasnya dia dada
bidangnya. Malam semakin larut,rembulan sudah berada di atas ubun-ubun.Dua
insan itu masih hanyut dalam perasaan masing-masing. Pepohonan menari seolah
ikut bahagia,Rembulan menyirami mereka dengan cahaya terang nya.
Rani melepaskan tubuhnya
dari pelukan Jimmy.Tangisannya sudah mulai reda dan kini ia sudah tampak lebih
tenang.
“Maafkan aku”Rani
tertunduk penuh penyesalan.
“Kau benar-benar
membuatku khawatir setengah mati.kenapa kau berlari kedalam hutan? Bagaimana
kalau disini ada binatang buasnya.Aku takut kau akan terluka.”
Rani menengadah menatap
wajah Jimmy.”Pak Jim tidak marah padaku”
“Aku tidak akan pernah
marah padamu,dan mengenai pernyataan mu tadi sore.....”
“Ah sudah lah pak,tidak
perlu difikirkan itu hanya.....”
“Aku juga menyukaimu.
Jauh sebelum kau menyukai ku,aku sudah mencintaimu”
Degh,jantung Rani seolah
berhenti berdetak. Ia menatap Jimmy berkaca-kaca”apa aku tak salah dengar?”
batinnya. Jimmy tersenyum manis lebih manis dari sebelumnya membuat wajah Rani
memerah. Rani tersenyum bahagia,Ia tak menyangka orang yang ia cintai juga
mencintainya. Jimmy pun mendekatkan wajahnya ke wajah Rani. Rani hanya mematung
dan tampak keringat dingin membasahi wajahnya. Saat bibir mereka hampir
bersentuhan Rani kehilangan keseimbangan dan ambruk. Jimmy dengan sigap
menangkapnya dan menepuk pelan pipinya sambil memanggil-manggil namanya.
Pandangan Rani mulai kabur dan kini semua menjadi gelap.
Rani membuka matanya,awalnya
terlihat kabur tapi lama-kelamaan semua menjadi jelas. Ia berada di ruangan serba
putih. Terdapat selang infus yang tertancap di tangan kirinya.Ia pun
mengedarkan pandangannya dan mendapati Jimmy tengah tertidur disampingnya dengan tangan kanannya berada di genggaman
pria itu. Rani menggerakkan tangannya dan Jimmy pun terbangun. Ia terlihat
sangat bahagia melihat Rani sudah sadar.Tak lama kemudian Ibu Rani dan kedua
orang tua Jimmy memasuki ruangan. Lalu dokter datang dan memeriksanya. Dokter
pun mengatakan kondisi Rani sudah lebih baik dari sebelumnya.Setelah itu dokter
pun keluar meninggalkan ruangan itu.
“Sayang...akhirnya kamu
sadar juga,ibu sangat khawatir.”
“Rani baik-baik saja
bu,ibu jangan khawatir.Pak Jim,makasih ya.”
“Lho,Rani kok masih
manggil Jimmy Pak,manggilnya jangan pake Pak dong,kalian kan.....”Ucapan pak
Wijaya terhenti saat putra nya itu memberi isyarat.Rani hanya menatap mereka
bingung.
“Rani,mama ada bawa
buah,nanti di makan ya,biar cepat sembuh.”Rani semakin di buat bingung dengan
situasi ini. Ayah dan ibu Jimmy saling pandang lalu menatap ke arah putranya. Selang
beberapa saat,Jimmy dan kedua orang tuanya serta ibu Rani meninggalkan ruangan
itu meninggalkan Rani sendiri dan menyuruhnya istirahat.
“Jadi kamu belum memberitahukan
semuanya pada Rani?”
“Belum pa,aku menunggu
saat yang tepat.”
“Nak Jimmy sebaiknya
mengatakan semunya segera,waktu itu ibu ingin memberitahu Rani tapi nak Jimmy
melarang ibu,Jangan sampai terjadi hal yang tak di inginkan jika ini terus di
rahasiakan.” Ibu Sri memegang pundak Jimmy pelan dan pemuda itu mengangguk
pelan.
Suasana pelepasan siswa
kelas dua belas SMAN 3 Kampar berlangsung meriah. Semua siswa kelas dua belas
berpenampilan tampan dan cantik. Tak terkecuali Rani yang hari itu berdandan
sangat cantik hingga membuat Jimmy sendiri pangling melihatnya.
“Hari ini kau sangat
cantik.”
“Ah,pak Jim bohong.”Rani
langsung tersipu malu atas pujian Jimmy.
Karin dan teman-temannya
datang menyerbu Jimmy sambil menarik lengannya.
“Pak Jim,kita foto yuk...!”
Rani langsung memasang
muka cemberut. Jimmy bingung apa yang harus ia lakukan. Sebelum Jimmy menjawab
para gadis itu langsung menyeret nya untuk berfoto. Rani hanya terdiam sambil
memanyunkan bibirnya. Dia pun mnghela nafas.
“Hmmm,aku saja belum berfoto
dengannya.”ucapnya lirih.
Rani duduk di sebuah
bangku panjang sambil menatap para siswa yang asyik berfoto. Acara pelepasan
nya pun dimulai. Para siswa duduk di bawah tenda yang telah di sediakan, begitu
pun para tamu. Rentetan acara demi acara berlangsung lancar. Acara di jeda saat
masuk waktu Dzuhur dan dilanjutkan kembali setelah makan siang. Jam menunjukkan
pukul empat sore. Semua acara telah selesai di laksanakan. Walau meriah Rani
sama sekali tidak menikmati acara itu. Ia terus menatap Jimmy yang terkadang
sibuk melayani siswa yang ingin berfoto dengannya. Ia sedih karena tak bisa
dekat dengan Jimmy hari itu.Padahal ia ingin sekali berfoto dengan nya.
Satu persatu Para tamu
dan siswa dan siswi meninggalkan tempat acara. Disekolah itu hanya tinggal
beberapa siswa anggota OSIS yang membersihkan tempat acara. Ada yang
menyapu,mengutip sampah,ataupun menyusun kursi-kursi acara dan menaikkan nya ke
mobil pick up. Rani masih duduk di tempatnya menatap kosong ke depan.
“Ehemmm” seseorang
berdehem dibelakangnya. Rani menoleh dan ternyata itu Jimmy dan ia pun duduk di
samping nya.
“Pak Jim sangat populer
ya”Ucap nya dengan senyum yang di paksakan.
“Kurasa begitu.”Jimmy
balas tersenyum.
“Pasti senang ya meladeni
siswi-siswi yang cantik itu untuk berfoto.Sudah berapa siswi yang berfoto
dengan bapak?”
“Cukup banyak.”
Rani terdiam.ia tetap
menatap lurus kedepan.
“Kamu cemburu ya”
“Tt tt tidak,aku gak
cemburu.bapak jangan ge er”
“Hahahaha,tapi wajah mu
jelas sekali memperlihatkan bahwa kau cemburu.”
Rani terdiam dan
menyembunyikan wajahnya membelakangi Jimmy. Jimmy tersenyum kemudian ia berdiri
lalu menarik tangan Rani.
“Foto yuk”
“Mau foto dimana,sudah
terlambat. Kamera sewa sama papan karangan bunganya dah di angkut tuh”Rani
menunjuk para pekerja yang tengan menaikkan papan karangan bunga ke atas mobil
pick up.
“Siapa bilang kita akan
berfoto di sini.” Rani menatap Jimmy bingung.
”Ayo!” Jimmy menarik Rani
ke parkiran kemudian melesat meninggalkan sekolah.
“Wahhh,indahnya....”Rani
terpukau melihat pemandangan yang ada di depan nya.Sinar sunset menyelimuti berhektar-hektar perkebunan sawit yang terlihat
seperti hamparan permadani yang sangat luas. Warna keemasannya membuat hamparan
tersebut tampak berkilauan memantulkan cahayanya. Ceklek! Mereka beberapa kali
melakukan selfie dengan pemandangan indah itu sebagai background nya.
“Hari ini aku sangat
bahagia,Terimakasih Pak Jim.”
“Aku juga.”Rani menatap
dalam bola mata Jimmy kemudian tersenyum,begitupun Jimmy,mereka berdua tersipu
malu satu sama lain.
“Rani..”
“ya.”
“Ada yang ingin
kutanyakan.”
“Apa?”
“Sebelum kita bertemu di
Gudang sekolah waktu itu,kau yakin benar-benar tak mengenaliku?”
“Maksud bapak?”
“Sebelum kita bertemu di
gudang kita pernah bertemu sebelumnya,apa kau tidak ingat?”
Rani tampak berfikir
keras mengingat apa yang di maksud Jimmy. Beberapa memori mulai terlintas dalam
benaknya.
Flashback
“ Rani cepat lah,tamu
kita sudah menunggu!”
“Iya bu..”
Rani masih duduk di depan
kaca riasnya dengan wajah cemberut. Hari itu teman almarhum ayahnya datang
bersama istri dan putranya yang katanya baru lulus kuliah di inggris.
Kedatangan mereka ialah membicarakan tentang rencana perjodohan Rani dengan
putra mereka setelah Rani tamat kuliah nanti. Itu adalah pertemuan pertama Rani
dengan mereka tapi Rani tampak tidak
berniat untuk menemui mereka.
“Ihhhh,kenapa sih sistem
perjodohan masih berlaku di zaman sekarang? Memangnya ini zaman Siti Nurbaya
apa. Kalau ini bukan wasiat dari ayah,ogah aku di jodoh-jodohin”Rani mengoles
bedak ke wajahnya dengan kasar. Sebenarnya dia malas berdandan tapi karena
ibunya memaksa,ia tak bisa menolak.
“Maaf ya pak Wijaya,Rani
agak lama,maklumlah anak gadis.”
“Gak papa bu Sri,tapi
tampaknya Jimmy yang gak sabaran.”Pak Wijaya menepuk pelan bahu putranya itu.Jimmy
hanya tersenyum malu.
“Ah,ini dia calon
pengantinya,aduuuh,cantiknya calon mantu”Bu Wijaya tampak sumringah saat
melihat Rani keluar dari kamarnya dan berjalan dengan pandangan menunduk ke
arah mereka.Rani pun mencium tangan bapak dan ibu Wijaya tanpa melihat wajah
mereka.Selama pertemuan itu Rani terus menundukkan pandangannya.Ia pun duduk
disamping ibunya tanpa bersuara. Jimmy memandangi Rani tanpa berkedip. Saat
ayah nya berdehem ia baru mengalihkan tatapan matanya.
“Ya sudah bu Sri,kami
mohon pamit dulu,semoga anak-anak kita ini segera duduk di pelaminan seperti
yang kita harapkan.”
“Iya,bu Wijaya. Saya
berharap juga begitu.Ayo Ran,salam sama calon mertua mu!”
Rani menurut namun
pandangannya tetap menatap kebawah.
“Eh,salami juga dong nak
Jimmy nya,dia kan calon suami mu!”
Dengan hati kesal Rani
menyalami tangan Jimmy. Setelah itu keluarga Wijaya pergi meninggalkan halaman
rumah Rani.
Flashback end
“Jadi, bapak... bapak
adalah...”Rani terbelalak seolah tak percaya.
“Iya,Ran,aku Jimmy yang
sama yang datang bersama orang tuannya kerumahmu setahun yang lalu menemui calon istrinya untuk pertama kali.Saat
itu kau terus menunduk dan tak membiarkan bola matamu menatap ku. Itu sebabnya
kau tak mengenaliku saat kita pertama kali bertemu di gudang sekolah. Awalnya
aku kaget kau tak mengenalku tapi aku baru ingat tentang itu. Aku mulai
merahasiakannya dan menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya padamu. Aku
mengerti saat itu kau sama sekali tidak menyukai perjodohan ini. Oleh karena
itu aku menunggu waktu yang tepat dan mencoba membuatmu menyukai ku dan tak
kusangka itu berhasil.Ibu mu dan kedua orang
tua ku setuju untuk merahasiakan ini darimu. Lalu aku memutuskan bekerja
di sekolahmu agar aku bisa melihatmu setiap hari. Pak Johan membantu ku dalam
misi ini dengan mengatakan tujuanku bekerja di sekolah ini pada kepala sekolah.
Awalnya kepala sekolah tidak mengizinkan ku tapi karena pak Johan membujuknya
aku pun di terima. Aku pun
menandatangani kontrak bekerja selama satu tahun,yaitu selama kau berada di
sekolah itu. Jadi saat kau lulus aku pun juga berhenti dari sekolah itu. Aku
sangat berterimakasih padanya.Tanpa dia aku tak akan bisa dekat dengan mu.”
“Jadi itu sebabnya pak
Jim sangat perhatian padaku daripada siswa yang lain, Betapa bodohya aku yang tak
menyadari semua ini. Dulu ibuku memberikan foto bapak padaku tapi malah ku
sobek dan ku buang sebelum aku melihatnya”
“Kau membuangnya?”
“Waktu itu aku sangat
membenci perjodohan ini,makanya aku sama sekali gak niat ingin melihat wajah
bapak.Maafkan aku.”Rani tertunduk penuh penyesalan.
“Kamu tidak perlu minta
maaf,aku tau ini berat bagimu.Tapi sekarang kau dan aku sudah mengetahui
perasaan masing-masing.Ku rasa itu saja sudah cukup membuatku bahagia”
Mereka saling bertatapan
dengan tatapan penuh kebahagiaan.Rani sangat bersyukur dapat menjadi calon
istri pria seperti Jimmy.Mereka pun berpelukan meluapkan rasa kebahagiaan yang
menyelimuti hati mereka.Di depan sinar sunset ke emasan mereka pun saling
meluapkan rasa kasih sayang.
“Eh, mulai sekarang kamu
jangan manggil aku bapak lagi, setiap kali kau memanggilku bapak aku merasa
sangat tua. Kamu panggil aku Jim aja, atau kalau Mas, abang, atau sayang juga
boleh.”
“Ihhhh, apa an sih, alay
deh. Aku panggil kamu Jim aja deh.” Mereka pun saling tersenyum dan kembali
hanyut dalam pelukan kemesraan.
Empat tahun kemudian Rani
telah lulus dari universitas negeri. Jimmy selama itu tetap setia menunggu
Rani. Tak pernah sekalipun ia berpaling kepada wanita lain. Tibalah saatnya mereka
melangsungkan pernikahan, momen yang mereka tunggu selama bertahun-tahun.
Setelah ijab kabul di ucapkan, Rani dan Jimmy pun resmi menjadi pasangan suami
istri.
The end

Tidak ada komentar:
Posting Komentar